Influenza, yang lebih dikenal
dengan sebutan flu, merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus RNA dari famili Orthomyxoviridae (virus influenza), yang
menyerang unggas dan mamalia. Gejala yang paling umum dari
penyakit ini adalah menggigil, demam, nyeri tenggorok, nyeri otot, nyeri kepala
berat, batuk, kelemahan, dan rasa
tidak nyaman secara umum.[1]
Biasanya, influenza ditularkan melalui
udara lewat batuk atau bersin, yang akan menimbulkan aerosol yang mengandung virus.
Influenza juga dapat ditularkan melalui kontak langsung dengan permukaan yang
telah terkontaminasi. Aerosol yang terbawa oleh udara (airborne aerosols)
diduga menimbulkan sebagian besar infeksi, walaupun jalur penularan mana yang
paling berperan dalam penyakin ini belum jelas betul. [5]Virus influenza dapat diinaktivasi
oleh sinar matahari,
disinfektan, dan deterjen. [6][7] Sering mencuci tangan akan
mengurangi risiko infeksi karena virus dapat diinaktivasi dengan sabun.[8]
Influenza menyebar ke seluruh dunia
dalam epidemi musiman, yang menimbulkan kematian
250.000 dan 500.000 orang setiap tahunnya,[9] bahkan sampai jutaan orang pada
beberapa tahun pandemik.
Galur unggas yang disebut H5N1
telah menimbulkan kekhawatiran munculnya pandemi influenza baru, setelah kemunculannya
di Asia pada tahun 1990-an, namun virus tersebut belum berevolusi menjadi bentuk yang menyebar dengan
mudah dari manusia-ke-manusia.[12] Pada April 2009 sebuah galur
virus flu baru berevolusi yang mengandung campuran gen dari flu manusia, babi,
dan unggas, yang pada awalnya disebut "flu babi" dan juga dikenal sebagai influenza A/H1N1, yang muncul di Meksiko, Amerika Serikat, dan beberapa negara lain. Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO) secara resmi mendeklarasikan wabah ini sebagai
pandemi pada 11 Juni 2009 (lihat pandemi flu 2009).
Gejala
Gejala influenza dapat dimulai dengan cepat, satu sampai dua hari setelah
infeksi. Biasanya gejala pertama adalah menggigil atau perasaan dingin, namun
demam juga sering terjadi pada awal infeksi, dengan temperatur tubuh berkisar
38-39 °C (kurang lebih 100-103 °F). [52] Banyak orang merasa begitu sakit
sehingga mereka tidak dapat bangun dari tempati tidur selama beberapa hari,
dengan rasa sakit dan nyeri sekujur tubuh, yang terasa lebih berat pada daerah
punggung dan kaki.[1] Gejala influenza dapat meliputi:
- Demam dan perasaan dingin yang ekstrem (menggigil, gemetar)
- Batuk
- Hidung tersumbat
- Nyeri tubuh, terutama sendi dan tenggorok
- Kelelahan
- Nyeri kepala
- Iritasi mata, mata berair
- Mata merah, kulit merah (terutama wajah), serta kemerahan pada mulut, tenggorok, dan hidung
- Ruam petechiae [53]
- Pada anak, gejala gastrointestinal seperti diare dan nyeri abdomen, [54][55] (dapat menjadi parah pada anak dengan influenza B) [56]
Kadangkala sulit untuk membedakan antara selesma
dan influenza pada tahap awal dari infeksi ini,[2] namun flu dapat diidentifikasi
apabila terdapat demam tinggi mendadak dengan kelelahan yang ekstrem. Diare
biasanya bukan gejala dari influenza dari anak,[51] namun hal tersebut dapat
dijumpai pada sebagian kasus "flu burung" H5N1 pada manusia[57] dan dapat menjadi gejala pada
anak-anak.[54] Gejala yang paling sering
terdapat pada influenza ditunjukkan pada tabel di kanan.[51]
Karena obat-obat antivirus efektif dalam mengobati influenza apabila
diberikan dini (lihat bagian terapi
di bawah), penting untuk mengidentifikasi kasus secara dini. Dari gejala-gejala
yang disebutkan di atas, kombinasi demam dengan batuk, nyeri tenggorok dan/atau
hidung tersumbat dapat meningkatkan akurasi diagnositik.[58] Dua penelitian analisis keputusan[59][60] menunjukkan bahwa pada saat
terdapat wabah influenza lokal, prevalensinya
lebih dari 70%,[60] oleh karenanya pasien dengan
salah satu kombinasi dari gejala tersebut dapat diobati dengan inhibitor neuraminidase tanpa pemeriksaan.
Bahkan saat tidak terdapatnya wabah lokal, pengobatan dapat dibenarkan pada
pasien tua pada saat musim influenza selama prevalensinya lebih dari 15%.[60]
Ketersediaan pemeriksaan laboratorium untuk influenza terus mengalami
peningkatan. Pusat
Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat,
merangkum pemeriksaan laboratorium terbaru yang tersedia.[61] Menurut CDC, pemeriksaan
diagnostik cepat (rapid diagnostic test) memiliki sensitivitas sebesar 70-75%
dan spesifisitas sebesar 90-95% dibandingkan dengan kultur virus. Pemeriksaan
ini terutama berguna pada musim influenza (prevalensi = 25%) tanpa adanya wabah
langusng, atau musim periinfluenza (prevalensi = 10%[60]).
Pengobatan
- - Istirahat cukup.
- - Meminum banyak cairan, terutama air putih.
- - Hindari Alcohol dan rokok.
- - Bila perlu dapat mengkonsumsi Paracetamol.
- - Khusus untuk remaja dan anak hindari penggunaan obat Aspirin (terutama jika terinfeksi virus influenza tipe B). Dapat menimbulkan sindrom Reye (Penyakit hati langka yang dapat menimbulkan kematian).
- - Karena disebabkan oleh virus, penggunaan antibiotic tidak mempengaruhi infeksi. Kecuali untuk infeksi sekunder.
- - Inhibitor neuraminidase (oseltamivir, zanamivir efektif untuk influenza tipe a dan b)
- - Adamantanes (amantadine, rimantadine efektif untuk influenza tipe b)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar